Jumat, 20 April 2018

Hujan Dan Airmata

Awan pembawa hujan bercerita pada ku, bahwa air yang dibawanya itu sebagian adalah air mata para pemimpin yang ia kumpulkan dari seluruh negeri, mulai dari tingkat keluarga, RT/RW, desa, kecamatan sampai pada pemimpin negeri.

Pada masa lalu airmata itu mudah terkumpul, karena para pemimpinnya sering menangis. Mereka menangis jika melihat keadaan orang yang dipimpinnya masih banyak yang susah, dan pada malam hari pemimpin itu akan lebih menangis lagi karena ingat bahwa atas kepemimpinannya itu ia akan diminta pertanggung jawaban dari Sang Pencipta. Sementara keadaan sekarang tidak demikian, pemimpin negeri lebih banyak tertawa dan hampir tidak ada yang menangis. Kebanyakan mereka menangis saat kehilangan jabatan.

Mendengar cerita si awan, aku pun menyela ; " apakah air mata seperti itu tidak diambil..? " tetap diambil.., walau sebetulnya air itu tidak bagus ", jawabnya, kemudian sambil berputar putar ia melanjutkan, " kami hanya mengumpulkan tetapi tidak berhak memilih...".

Rasa ingin tahu membuat ku bertanya lagi; " kalau pemimpin jarang menangis berarti air yang kau bawa tiap musim sekarang ini tentu berkurang..", si awan menjawab, "tidak..., sama sekali tidak ", lanjutnya lagi, ; " airmata pemimpin itu tergantikan oleh air mata, keringat dan darah orang orang yang dizolimi atau dirugikan oleh pemimpinnya..", " kalau begitu artinya tidak ada masalah kan.., toh air nya terkumpul juga, walau sebab dan sumber nya berbeda..", ujarku. Si awan tidak langsung menjawab, malah ia bertanya pada ku : " bagaimana hasil panen abang dari waktu kewaktu..", spontan ku jawab, "menurun..", kemudian tanya nya lagi ; " adakah keuntungan lebih besar dari kerugian tiap kali datang musim hujan..", terhadapa pertanyaan terakhir ini aku tidak dapat menjawabnya, karena kalkulator dikepala seperti kehilangan kemampuan  "ya itu lah bedanya.., hujan adalah berkah tapi bisa menjadi musibah ".

Itulah kalimat terakhir yang ku dengar dari awan, sebelum meninggalkan ku dalam kesendirian. Tidak lama kemudian, hujan pun turun begitu deras, disertai angin kencang dan badai petir. tidak sampai 1 jam , ku lihat air bah datang bergulung gulung, menerjang dan menghantam setiap rumah bahkan kampung, dalam sekejab seluruh kampung rata disapu banjir bandang.


F a r h a n

Kuncen Gunung Ciremai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar